Ini adalah tulisan kedua saya yang dimuat di rubrik gado-gado majalah femina. Dan lagi-lagi berdasarkan pengalaman saya sendiri. Tokoh utama dalam tulisan saya kali ini adalah seekor kucing betina peliharaan saya yang bernama Leli. Dan sekarang ada di rumah ibu saya, jadi mamah tuh yang rawat heuuuuu (Kan saya nya lagi merantau di kampung orang). Sampe sekarang kucingnya masih sehat walafiat dan kata mamah saya Leli baru melahirkan dua ekor kucing yang lucuuuuu bingiittss alay eiiy heuheuehue :D
Saya kirim tulisan ini sekitar akhir November 2014 dan dimuat di edisi April 2015.
Judul awalnya adalah 'Kesedihan Leli', namun dipangkas oleh pihak femina jadi Leli.
Dan ini tulisan saya yang sudah diedit pihak Femina. Selamat membaca dan semoga ada hikmah yang bisa di petik ^^
![]() |
Gado-Gado femina |
LELI
DUA EKOR KUCING BETINA di rumah saya bukan jenis kucing ras anggora
atau persia. Mereka hanya kucing kampung biasa, yang saya temukan
telantar tanpa induk di tempat pembuangan sampah dekat rumah. Perkiraan saya ketika itu mereka baru berusia dua minggu. Karena tidak tega, saya putuskan untuk memelihara keduanya.
Kedua kucing betina tersebut saya beri
nama Moci dan Leli. Moci yang berekor pendek mempunyai tiga motif warna pada bulunya: hitam, kuning
dan putih. Sedangkan Leli yang berekor panjang, hanya mempunyai dua motif warna, yaitu kuning dan putih.
Saya
berikan susu khusus bayi kucing dan saya tempatkan dalam kardus yang sudah diberi
kain agar badan mereka tetap merasa hangat.
Makin hari, mereka tumbuh menjadi
kucing yang sehat dan lincah. Karena rutin dimandikan, bulu-bulu mereka jadi
halus dan mengilap. Sungguh dua kucing yang cantik dan menggemaskan. Tak
kalah pesonanya dengan kucing-kucing ras.
Beranjak dewasa, sebagaimana layaknya
kucing yang terkenal ‘rajin’ dalam bereproduksi, begitupun dengan Moci. Moci dua kali hamil dan melahirkan lima ekor anak-anak kucing yang lucu dan
menggemaskan. Sementara Leli saat itu belum pernah sekalipun hamil dan
melahirkan.
Saya sering melihat Leli bercanda dengan
‘keponakannya’ yaitu anak-anak Moci. Mungkin di lubuk hati Leli, dia pun ingin
segera menjadi seorang induk kucing.
Sampai suatu hari, saya perhatikan perut
Leli terlihat membesar. Waahh... Ternyata Leli sedang hamil! Saat itu, Leli
menjadi pemalas dan lebih sering meringkuk di sofa atau pun di lantai. Mungkin
Leli sedang menjaga baik-baik kehamilannya.
Beberapa bulan berselang, hari yang dinantikan
pun tiba. Leli akhirnya melahirkan dua ekor anak kucing yang tak kalah lucu-lucu
dan menggemaskan dari anak-anak Moci.
Setelah melahirkan, Leli lebih banyak
menghabiskan waktunya di rumah untuk merawat kedua anaknya. Leli terlihat
begitu menyayangi mereka.
Namun malang, saat anak-anak Leli, Loreng dan Bule itu berusia tiga minggu, tiba-tiba keduanya mendadak
sakit dan dua hari kemudian mati tanpa sempat saya bawa ke dokter hewan.
Percaya atau tidak, sejak itu Leli berubah. Leli yang
biasanya aktif dan lincah, setelah kematian kedua anaknya, berubah menjadi
pemurung. Seringkali ia mengeong memanggil kedua anaknya sambil berkeliling ke
penjuru rumah. Setelah lelah berkeliling mencari kedua anaknya, Leli akan
meringkuk di kardus tempat dia melahirkan Loreng dan Bule. Leli terlihat
lesu karena tidak nafsu makan. Makanan yang saya berikan tidak disentuhnya.
Hal itu berlangsung terus sampai satu
minggu. Berat badan Leli turus drastis.
Hati saya trenyuh melihat tubuhnya yang kurus dan kumal. Saat itu rasanya saya bisa memahami kesedihan yang
dirasakan Leli. Saya juga pernah mengalami keguguran hingga kehilangan calon bayi.
Suatu waktu Leli saya elus dan saya ajak
bicara dari hati ke hati. “Leli, sabar ya... Kedua anakmu pasti sudah
berada di surga. Tuhan pasti memberi gantinya yang lebih baik suatu hari
nanti.” Saya mengucapkan kalimat tersebut dengan sungguh-sungguh sambil
mengangkat kepala Leli dan menatap matanya dalam-dalam. Saat itu, saya merasa
Leli memiliki naluri untuk memahami apa yang saya katakan.
Benar saja... Beberapa detik kemudian,
dari kedua mata hijau Leli, perlahan-lahan terlihat air mata yang mengambang. Dan
sejurus kemudian, air mata Leli pun menetes! Makin lama makin deras. Berkali-kali saya kucek mata saya untuk meyakinkan bahwa saya tidak
salah lihat.
Ya Tuhan... Leli kucing betina saya benar-benar
menangis!!
Saya sering mendengar beberapa hewan
terkadang bisa menangis saat dilanda kesedihan. Tapi baru kali ini saya melihat
dengan mata kepala sendiri seekor hewan bisa menangis, berurai air mata seperti
itu. Saya pun ikut menangis...
Mungkin kami berdua sudah mempunyai ikatan emosional atau memang saya
yang pada dasarnya cengeng?
Sejenak saya merenung. Saya jadi
teringat berita di televisi tentang bayi dan janin yang dibuang ke tempat sampah. Ironis! Sebab, saya dan mungkin wanita-wanita lain, masih berikhtiar dan berjuang untuk menjadi seorang ibu. Dan Leli, yang seekor kucing betina saja, bisa begitu terpukul dan berduka saat harus kehilangan 'buah hatinya'
***
Buat teman-teman yang mau kirim-kirim naskah ke majalah femina bisa dilihat di sini
Semangat ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar