16 April 2015

TULISAN DI RUBRIK GADO-GADO MAJALAH FEMINA (2)

Ini adalah tulisan kedua saya yang dimuat di rubrik gado-gado majalah femina. Dan lagi-lagi berdasarkan pengalaman saya sendiri. Tokoh utama dalam tulisan saya kali ini adalah seekor kucing betina peliharaan saya yang bernama Leli. Dan sekarang ada di rumah ibu saya, jadi mamah tuh yang rawat heuuuuu (Kan saya nya lagi merantau di kampung orang). Sampe sekarang kucingnya masih sehat walafiat dan kata mamah saya Leli baru melahirkan dua ekor kucing yang lucuuuuu bingiittss alay eiiy heuheuehue :D

Saya kirim tulisan ini sekitar akhir November 2014 dan dimuat di edisi April 2015.

Judul awalnya  adalah 'Kesedihan Leli', namun dipangkas oleh pihak femina jadi Leli. 

Dan ini tulisan saya yang sudah diedit pihak Femina. Selamat membaca dan semoga ada hikmah yang bisa di petik ^^

Gado-Gado femina

 LELI
DUA EKOR KUCING BETINA di rumah saya bukan jenis kucing ras anggora atau persia. Mereka hanya kucing kampung biasa, yang saya temukan telantar tanpa induk di tempat pembuangan sampah dekat rumah. Perkiraan saya ketika itu mereka baru berusia dua minggu. Karena tidak tega, saya putuskan untuk memelihara keduanya.
Kedua kucing betina tersebut saya beri nama Moci dan Leli. Moci yang berekor pendek mempunyai tiga motif warna pada bulunya: hitam, kuning dan putih. Sedangkan Leli yang berekor panjang, hanya mempunyai dua motif warna, yaitu kuning dan putih.
Saya berikan susu khusus bayi kucing dan saya tempatkan dalam kardus yang sudah diberi kain agar badan mereka tetap merasa hangat.
Makin hari, mereka tumbuh menjadi kucing yang sehat dan lincah. Karena rutin dimandikan, bulu-bulu mereka jadi halus dan mengilap. Sungguh dua kucing yang cantik dan menggemaskan. Tak kalah pesonanya dengan kucing-kucing ras.
Beranjak dewasa, sebagaimana layaknya kucing yang terkenal ‘rajin’ dalam bereproduksi, begitupun dengan Moci. Moci dua kali hamil dan melahirkan lima ekor anak-anak kucing yang lucu dan menggemaskan. Sementara Leli saat itu belum pernah sekalipun hamil dan melahirkan.
Saya sering melihat Leli bercanda dengan ‘keponakannya’ yaitu anak-anak Moci. Mungkin di lubuk hati Leli, dia pun ingin segera menjadi seorang induk kucing.
Sampai suatu hari, saya perhatikan perut Leli terlihat membesar. Waahh... Ternyata Leli sedang hamil! Saat itu, Leli menjadi pemalas dan lebih sering meringkuk di sofa atau pun di lantai. Mungkin Leli sedang menjaga baik-baik kehamilannya.
Beberapa bulan berselang, hari yang dinantikan pun tiba. Leli akhirnya melahirkan dua ekor anak kucing yang tak kalah lucu-lucu dan menggemaskan dari anak-anak Moci.
Setelah melahirkan, Leli lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk merawat kedua anaknya. Leli terlihat begitu menyayangi mereka.
Namun malang, saat anak-anak Leli, Loreng dan Bule itu berusia tiga minggu, tiba-tiba keduanya mendadak sakit dan dua hari kemudian mati tanpa sempat saya bawa ke dokter hewan.
Percaya atau tidak, sejak itu Leli berubah. Leli yang biasanya aktif dan lincah, setelah kematian kedua anaknya, berubah menjadi pemurung. Seringkali ia mengeong memanggil kedua anaknya sambil berkeliling ke penjuru rumah. Setelah lelah berkeliling mencari kedua anaknya, Leli akan meringkuk di kardus tempat dia melahirkan Loreng dan Bule. Leli terlihat lesu karena tidak nafsu makan. Makanan yang saya berikan tidak disentuhnya.
Hal itu berlangsung terus sampai satu minggu. Berat badan Leli turus drastis. 
Hati saya trenyuh melihat tubuhnya yang kurus dan kumal. Saat itu rasanya saya bisa memahami kesedihan yang dirasakan Leli. Saya juga pernah mengalami keguguran hingga kehilangan calon bayi. 
Suatu waktu Leli saya elus dan saya ajak bicara dari hati ke hati.  “Leli, sabar ya... Kedua anakmu pasti sudah berada di surga. Tuhan pasti memberi gantinya yang lebih baik suatu hari nanti.” Saya mengucapkan kalimat tersebut dengan sungguh-sungguh sambil mengangkat kepala Leli dan menatap matanya dalam-dalam. Saat itu, saya merasa Leli memiliki naluri untuk memahami apa yang saya katakan.
Benar saja... Beberapa detik kemudian, dari kedua mata hijau Leli, perlahan-lahan terlihat air mata yang mengambang. Dan sejurus kemudian, air mata Leli pun menetes! Makin lama makin deras. Berkali-kali saya kucek mata saya untuk meyakinkan bahwa saya tidak salah lihat. 
Ya Tuhan... Leli kucing betina saya benar-benar menangis!!  
Saya sering mendengar beberapa hewan terkadang bisa menangis saat dilanda kesedihan. Tapi baru kali ini saya melihat dengan mata kepala sendiri seekor hewan bisa menangis, berurai air mata seperti itu. Saya pun ikut menangis...
Mungkin kami berdua sudah mempunyai ikatan emosional atau memang saya yang pada dasarnya cengeng?
Sejenak saya merenung. Saya jadi teringat berita di televisi tentang bayi dan janin yang dibuang ke tempat sampah. Ironis! Sebab, saya dan mungkin wanita-wanita lain, masih berikhtiar dan berjuang untuk menjadi seorang ibu. Dan Leli, yang seekor kucing betina saja, bisa begitu terpukul dan berduka saat harus kehilangan 'buah hatinya'
***

Buat teman-teman yang mau kirim-kirim naskah ke majalah femina bisa dilihat di sini

Semangat ^^